Jennifer Marcellyn Cen: Biologi - "Mengapa anak Mirip Dengan Orang Tuanya?"

 Mengapa Anak Mirip Dengan Orang Tuanya?

Jennifer Marcellyn Cen

              Kalian pasti pernah mendengar pepatah ini: Buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.

Ketika seorang anak lahir, pasti ada saja yang akan mengucapkan kata-kata “Wah, anaknya mirip ayahnya ya” atau “Wah, anaknya mirip ibunya ya”. Mengapa kita bisa mirip dengan orangtua kita? Bukan hanya wajah atau fisik saja, namun karakter kita juga bisa mirip dengan orangtua kita. Pastinya ada alasan mengapa wajah hingga karakter seorang anak bisa mirip dengan orangtuanya. Pewarisan sifat ini bisa dilihat dari penampilan fisik hingga perilaku, hal ini terjadi secara biologis dari orangtua ke keturunan mereka.

Hal-hal yang diwariskan dari orangtua ke anaknya bisa berupa penampilan fisik. Hal tersebur bisa seperti warna bola mata, golongan darah, tinggi badan, bentuk muka, bahkan penyakit juga bisa diturunkan kepada keturunannya. Demikian pula halnya dengan sifat atau karakter seseorang akan dipengaruhi dari ayah dan ibunya. Ada keturunan yang mendapatkan pewarisan sifat-sifat yang lebih dominan dari sisi ayah maupun ibunya.


Anak yang mirip dengan orangtuanya

Tapi sebenarnya bagaimana hal itu bisa terjadi?

Berdasarkan pengamatan dan hasil penelitian para ahli, kemiripan wajah, bentuk tubuh, maupun karakter seseorang dipengaruhi erat oleh gen orang tua. Dalam prosesnya, seorang bayi bisa terlahir karena bersatunya dua sel, yaitu sel sperma dan sel telur bergabung menjadi sebuah sel baru. Seorang bapak dapat menyediakan 300 juta sel sperma. Masing-masing sperma berisi gen-gen pengendali keturunan. Gen-Gen tersebutlah yang kemudian akan menurunkan ciri-ciri sang bapak kepada keturunannya. Begitu pun dengan sel telur ibu, yang mengandung sekitar 30 ribu gen, sel ini akan menurunkan sifat pada anaknya.

Hal tersebutlah yang menyebabkan gen dikatakan sebagai pembawa sifat manusia. Gen inilah yang pada kemudian hari akan menentukan seseorang akan mempunyai kulit yang berwarna hitam atau putih, rambutnya akan berwarna cokelat, hitam, merah, pirang, ataupun lainnya, dan sifat fisik serta karakter lainnya.

Proses pewarisan sifat dari orangtua ke keturunan mereka terjadi secara acak. Walaupun demikian, materi genetik dari ayah dan ibu sangat menentukan proses dari penurunan sifat tersebut. Hal tersebutlah yang menjelaskan mengapa proses hereditas ini mempunyai kemungkinan untuk menghasilkan keturunan yang lebih mirip sang ibu (induk betina) maupun ayah (induk jantan) mereka.

Hukum tentang pewarisan sifat


Gregor Johann Mendel

Gregor Johann Mendel adalah ahli botani serta biarawan yang berasal dari Austria. Beliau merupakan penyusun konsep-konsep dasar genetika modern yang kita tahu saat ini. Teori ini bahkan sudah ditemukan sebelum istilah “gen” ada, Father of Genetics inilah yang mengemukakan hukum pewarisan sifat. Eksperimen pewarisan sifat genetika ini dilakukan oleh Mendel dengan menggunakan kacang kapri sebagai objek eksperimennya.

Pada awalnya, Mendel meneliti kacang kapri atau Pisum sativum karena tanaman ini memiliki daur hidup yang cukup singkat. Bukan hanya itu saja, kacang ini dipilih karena memiliki sifat antar-pasangan cukup bertolak belakang. Proses awal dimulai dari penyerbukan kacang, mengawinkan silang, hingga akhirnya menghasilkan keturunan.


Ilustrasi Mendel yang sedang meneliti kacang kapri

Dari penelitiannya tersebut, ia kemudian merumuskanlah Hukum Mendel yang kita tahu sekarang. Di dalam Hukum Mendel I, terdapat teori bahwa “Setiap gen yang ada di dalam alel akan bersegregasi atau berpisah secara bebas pada proses pembentukan gamet.”

 Dalan Hukum Mendel I terdapat tiga rumusan penting, yaitu:

·       Bentuk gen bisa berbeda-beda (dengan alternatif) dan berperan mengatur variasi pada karakter

·       Tiap individu membawa satu pasang gen dari induk betina dan jantan

·       Apabila sepasang gen adalah dua alel berbeda, alel dominan akan terekspresikan. Sementara alel yang represif tidak mengalaminya.

Terdapat juga Hukum Mendel II yang berisi, “Setiap gen dalam gamet akan berasortasi atau bergabung dengan cara bebas saat proses pembentukan zigot.” Istilah lain untuk hukum ini adalah “The Mendelian Law of Independent Assortment”.

Alel/gen dominan dan resesif pada orang tua (1, P),
 anak (2, F1) dan cucu (3, F2) menurut Mendel

Komponen utama pewarisan sifat

1.        Kromosom

Bentuk kromosom

Kromosom adalah komponen paling utama dari proses pewarisan sifat. Fungsi kromosom ini adalah sebagai pembawa informasi genetik yang akan diwariskan. Jika dilihat rantai DNA yang panjang merupakan hal yang ada di dalam kromosom. Pada setiap makhluk hidup terdapat kromosom tubuh dan juga kromosom kelamin.

Kromosom tubuh atau disebut juga sebagai autosom inilah yang akan menentukan sifat-sifat seorang individu. Selain kromosom tubuh, ada juga kromosom kelamin atau disebut juga sebagai genosom. Genosom inilah yang menentukan jenis kelamin keturunan tersebut adalah perempuan atau laki-laki.

2.       Gen


Bentuk gen

Gen adalah bagian terkecil dalam struktur genetik seseorang. Gen terletak pada lokus atau lokasi tertentu di dalam kromosom. Setiap manusia memiliki dua pasang lokus pada setiap jenis gennya. Gen yang berada pada lokus ini disebut dengan alel. Mendel menyebut alel ini sebagai genotype. Genotipe ini adalah sifat yang tersembunyi atau tak tampak. Sementara itu, genotipe yang tampak atau terlihat disebut dengan fenotipe.

Lebih jauh lagi, ada juga proses yang disebut dengan ekspresi gen. Ini adalah proses di mana DNA menerapkan kode pada protein atau RNA. Protein ini adalah yang berpengaruh terhadap sifat makhluk hidup. Contohnya ketika gen memberikan kode sifat mata untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai warna mata hitam.

Pengalaman Pribadi

Berdasarkan pengalaman yang saya alami, adanya hukum pewarisan sifat ini bisa terlihat di keluarga saya. Orangtua saya memiliki warna rambut hitam, sehingga saya dan adik saya memiliki warna rambut yang hitam juga. Bisa juga dilihat dari bentuk wajah serta sifat yang kami miliki. Adik saya memiliki hidung yang kecil seperti ayah saya. Sedangkan saya mempunyai hidung yang cukup tinggi seperti ibu saya. 

Dari tinggi juga, jika saya melihat teman-teman saya ataupun sepupu saya, mereka cenderung lebih tinggi karena orangtua merekapun tinggi. Saya dan adik saya memiliki orangtua yang cukup pendek sehingga kamipun pendek. Sejak kecil banyak yang menyuruh saya untuk berenang, bermain bola basket, bergelantungan di monkey bars, stretching, minum susu setiap hari, semuanya telah saya lakukan tapi tinggi saya tidak bertambah secara signifikan.  

                Dilansir dari Scientific american, keturunan memang sangat berpengaruh pada tinggi badan seseorang. Dr. Chao-Qiang Lai, seorang Researcher Amerika dari lembaga negara Agricultural Research Service di bidang Molecular Biologist and Geneticist on the Nutrition and Genomics team di HNRCA. Menurutnya, sekitar 60-80% perbedaan tinggi badan antar individu ditentukan oleh faktor genetik, sedangkan 20-40% dipengaruhi oleh faktor lingkungan, terutama nutrisi, dilansir dari Scientific American.

                   Hal itulah yang menyebabkan saya lebih pendek dari semua teman-teman saya. Karena 60-80% tinggi badan dipengaruhi oleh gen. Orangtua saya tidak tinggi sehingga gen yang diturunkan ke sayapun menyebabkan saya tidak bisa tinggi seperti teman-teman yang yang mempunyai orangtua yang tinggi.

Robert Wadlow, manusia tertinggi dalam sejarah

Kesimpulan

Nah jadi itulah penjelasan mengapa kita bisa mirip dengan orangtua kita. Kita sudah membahas jawaban yang diberikan oleh ilmu pengetahuan untuk menjawab misteri kenapa seorang anak bisa memiliki sifat baik itu fisik ataupun karakter yang mirip dengan orang tuanya. Dari pembahasan di atas, kita bisa mengetahui begitu banyak pengetahuan, mulai dari konsep hereditas, DNA, kromosom, gen, dan lain-lain.

Lebih dari itu, kita juga belajar bahwa penemuan hukum pewarisan sifat-sifat oleh Gregor Mendel merupakan pintu gerbang kita dalam mempelajari ilmu genetika modern. Hari ini, dengan ilmu pengethauan serta teknologi yang lebih maju kita sudah tau jauh lebih banyak dari apa  yang diketahui Mendel pada masanya.

Dengan pengetahuan yang dimiliki kita mengenai bagaimana sifat-sifat diturunkan, kita bisa memanfaatkan hal tersebut untuk memprediksi penyakit menurun dengan lebih baik lagi. Selain memprediksi penyakit menurun, kita juga mampu memodifikasi genetik tanaman dan hewan yang sekarang bermanfaat di bidang usaha pertanian dan peternakan.

Diharapkan dengan penjelasan diatas, kalian semua bisa lebih mengerti tentang bagaimana pewarisan sifat terjadi dan semoga bisa menambah pengetahuan kalian!


Sumber: 

https://www.halodoc.com/artikel/2-hal-yang-memengaruhi-kemiripan-anak-dan-orangtua

https://www.popmama.com/kid/4-5-years-old/jemima/faktor-yang-menyebabkan-kemiripan-anak-dengan-orangtua/1

https://www.ruangguru.com/blog/konsep-pewarisan-sifat-pada-makhluk-hidup#:~:text=Proses%20penurunan%20atau%20pewarisan%20sifat,cakupan%20dari%20bidang%20ilmu%20genetika.&text=Karena%20itu%2C%20gen%20dan%20kromosom,penting%20untuk%20mengendalikan%20pewarisan%20sifat.

https://id.wikipedia.org/wiki/Hereditas#:~:text=Hereditas%20atau%20pewarisan%20adalah%20pewarisan,memperoleh%20informasi%20genetik%20dari%20induknya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Pewarisan_Mendel

http://p2k.um-surabaya.ac.id/id3/3045-2942/Gregor-Johann-Mendel-Gregor-M_50008_um-surabaya_p2k-um-surabaya.html

https://hnrca.tufts.edu/mission/scientists/chao-qiang-laiph-d/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

James A.W. Projek Kolaborasi PTS Ganjil XI IPA SMA